Rabu, 09 Januari 2013

sepsis pada neonatus


SEPSIS PADA NEONATUS
1.    Definisi
Sepsis atau septicaemia adalah penyakit yang mengancam kehidupan yang dapat terjadi ketika seluruh tubuh bereaksi terhadap infeksi. Ini mengarah ke overdrive serius dari sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan serangkaian reaksi yang dapat menyebabkan peradangan luas dan pembekuan darah. Septicaemia atau sepsis didefinisikan sebagai kehadiran banyak bakteri di dalam darah, yang membagi secara aktif. Hal ini menyebabkan tubuh untuk menanggapi dengan cara yang mungkin ada organ disfungsi. Mungkin ada runtuhnya sirkulasi darah (shock), depresi jantung, peningkatan fungsi tingkat dan kelainan atau organ metabolisme dan dengan demikian sepsis tidak dianggap infeksi hanya sendirian.
2.    Epidemiologi
Bertahan Sepsis kampanye (SSC) memperkirakan bahwa insiden sepsis adalah 3 per 1.000 di seluruh dunia. Diperkirakan bahwa ada lebih dari 30.000 kasus parah sepsis di Inggris setiap tahun. Ada peningkatan jumlah pasien dengan sepsis yang mantap. Seluruh dunia ada kasus lebih dari 18 juta per tahun. Karena kematian yang tinggi, sepsis adalah penyebab utama kematian. Di dunia berkembang, sepsis menyumbang 60 sampai 70% kematian per tahun. Membunuh lebih dari 6 juta baru-borns dan anak-anak setiap tahun dan ada lebih dari 100.000 kasus ibu sepsis. Sekitar 36 orang mati sepsis dan lebih dari 1 juta orang setiap jam dipengaruhi setiap tahun di Amerika Serikat.
3.    Etilogi
BakteriEscherichia coliListeria monocytogenesNeisseriameningitidisSterptococcus pneumoniaeHaemophilus influenzae tipe B,Salmonella, dan Streptococcus grup B merupakan penyebab paling sering terjadinya sepsis pada bayi berusia sampai dengan 3 bulan. Streptococcus grup B merupakan penyebab sepsis paling sering pada neonatus.
Pada berbagai kasus sepsis neonatorum, organisme memasuki tubuh bayi melalui ibu selama kehamilan atau proses kelahiran. Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus, antara lain:
a.      Perdarahan
b.     Demam yang terjadi pada ibu
c.       Infeksi pada uterus atau plasenta
d.      Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)
e.       Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)
f.       Proses kelahiran yang lama dan sulit.
g.     Streptococcus grup B dapat masuk ke dalam tubuh bayi selama proses kelahiran. Menurut Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) Amerika, paling tidak terdapat bakteria pada vagina atau rektum pada satu dari setiap lima wanita hamil, yang dapat mengkontaminasi bayi selama melahirkan. Bayi prematur yang menjalani perawatan intensif rentan terhadap sepsis karena sistem imun mereka yang belum berkembang dan mereka biasanya menjalani prosedur-prosedur invasif seperti infus jangka panjang, pemasangan sejumlah kateter, dan bernafas melalui selang yang dihubungkan dengan ventilator. Organisme yang normalnya hidup di permukaan kulit dapat masuk ke dalam tubuh kemudian ke dalam aliran darah melalui alat-alat seperti yang telah disebut di atas.
Bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun beresiko mengalami bakteriemia tersamar, yang bila tidak segera dirawat, kadang-kadang dapat megarah ke sepsis. Bakteriemia tersamar artinya bahwa bakteria telah memasuki aliran darah, tapi tidak ada sumber infeksi yang jelas. Tanda paling umum terjadinya bakteriemia tersamar adalah demam. Hampir satu per tiga dari semua bayi pada rentang usia ini mengalami demam tanpa adanya alasan yang jelas - dan penelitian menunjukkan bahwa 4% dari mereka akhirnya akan mengalami infeksi bakterial di dalam darah.Streptococcus pneumoniae (pneumococcus) menyebabkan sekitar 85% dari semua kasus bakteriemia tersamar pada bayi berusia 3 bulan sampai 3 tahun.


4.    Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, complment cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian (Bobak, 2005).Bayi baru lahir mendapat infeksi melalui beberapa jalan, dapat terjadi infeksi transplasental seperti pada infeksi konginetal virus rubella, protozoa Toxoplasma, atau basilus Listeria monocytogenesis. Yang lebih umum, infeksi didapatkan melalui jalur vertikel, dari ibu selam proses persalinan ( infeksi Streptokokus group B atau infeksi kuman gram negatif ) atau secara horizontal dari lingkungan atau perawatan setelah persalinan ( infeksi Stafilokokus koagulase positif atau negatif).
Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu : 
1.     Faktor Maternal
a.      Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
b.     Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun
c.      Kurangnya perawatan prenatal.
d.      Ketuban pecah dini (KPD)
e.      Prosedur selama persalinan. 


2.     Faktor Neonatatal
a.      Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.
b.     Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi. 
c.      Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
3.     Faktor Lingkungan
a.      Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi.
b.      Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda.
c.       Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan.
d.     Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi oleh E.colli.
4.     Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu :
a.      Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sipilis, dan toksoplasma.
b.     Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis, Candida albican,dan N.gonorrea.
c.      Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal melalui alat- alat :penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus (AsriningS.,2003)




5.    Manifestasi klinis
Menurut Arief, 2008, manifestasi klinis dari sepsis neonatorum adalah sebagai berikut:
1.     Umum : panas (hipertermi), malas minum, letargi, sklerema
2.     Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali
3.     Saluran nafas: apnoe, dispnue, takipnu, retraksi, nafas cuping hidung, merintih, sianosis
4.     Sistem kardiovaskuler: pucat, sianosis, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardi
5.     Sistem syaraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol
6.     Hematologi: Ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura, perdarahan.

Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya:
a.      Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar
b.      Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun
c.       Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena
d.     Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat
e.       Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah.



6.    Prognosis
Prognosis atau hasil dari sepsis dapat diperkirakan dengan Skor obat-OBATAN. Sekitar 20–35% dari pasien dengan sepsis parah dan 40-60% dari pasien dengan mengalami septic shock mati dalam waktu 30 hari. Orang lain mati dalam 6 bulan berikutnya. Kematian yang terjadi bulan kemudian termasuk buruk dikontrol infeksi, imunosupresi, komplikasi dari perawatan intensif, kegagalan beberapa organ, atau pasien mendasari penyakit.

7.    Terapi dan farmasis
Terapi sepsis bersandar pada antibiotik, drainase bedah koleksi cairan yang terinfeksi, penggantian cairan dan dukungan yang tepat untuk disfungsi organ. Ini mungkin termasuk hemodialisis gagal ginjal, ventilasi mekanik di disfungsi paru, transfusi produk darah, dan obat dan terapi cairan untuk kegagalan peredaran darah. Memastikan memadai gizi sebaiknya dengan makanan enteral, tetapi jika perlu dengan nutrisi parenteral-adalah penting selama sakit yang berkepanjangan. 
Masalah dalam pengelolaan memadai pasien sepsis telah menjadi keterlambatan dalam pelaksanaan terapi setelah sepsis telah diakui. Diterbitkan studi telah menunjukkan bahwa untuk setiap keterlambatan jam dalam administrasi terapi antibiotik yang tepat ada kenaikan 7% terkait dalam kematian. Sebuah kolaborasi internasional yang besar didirikan untuk mendidik masyarakat tentang sepsis dan untuk meningkatkan hasil pasien dengan sepsis, berjudul "Kampanye Sepsis Penggabungan." Kampanye ini telah menerbitkan sebuah meninjau bukti berbasis strategi manajemen untuk sepsis berat, Sebuah meta-analisis ini menunjukkan bahwa EGDT memberikan manfaat pada mortalitas pada pasien dengan sepsis. Per Desember 2008 beberapa kontroversi seputar kegunaannya tetap dan sejumlah percobaan sedang berlangsung dalam upaya untuk menyelesaikan ini. 
Dalam EGDT, cairan yang diberikan sampai tekanan vena sentral (CVP), yang diukur dengan kateter vena sentral, mencapai 8-12 cm air (atau 10-15 cm air pada pasien ventilasi mekanik). Administrasi yang cepat dari beberapa liter larutan kristaloid isotonik biasanya diperlukan untuk mencapai hal ini.
Jika tekanan arteri rata-rata kurang dari 65 mmHg atau lebih besar dari 90 mmHg, atau vasodilator vasopressor diberikan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Setelah tujuan terpenuhi, oksigen saturasi vena campuran (SvO2), yaitu, saturasi oksigen darah vena seperti kembali ke jantung yang diukur pada vena kava, dioptimalkan. Jika SvO2 kurang dari 70%, darah diberikan untuk mencapai hemoglobin 10 g / dl dan kemudian inotropik ditambahkan sampai SvO2 adalah dioptimalkan. Intubasi elektif dapat dilakukan untuk mengurangi permintaan oksigen jika SvO2 tetap rendah meski optimasi hemodinamik. Urin juga dipantau, dengan tujuan minimal 0,5 ml / kg / jam.
8.    Asuhan keperawatan
1.     Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasi
A.    Kriteria Hasil:
-        Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
-        Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
B.    Intervensi dan rasional
Intervensi
Rasional
Monitoring tanda-tanda vital setiap dua jam dan pantau warna kulit
Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.
 Observasi adanya kejang dan dehidrasi
Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
Berikan kompres denga air hangat pada aksila, leher dan lipatan paha, hindari penggunaan alcohol untuk kompres.
Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha terdapat pembuluh-pembuluh dasar besar yang akan membantu menurunkan demam. Penggunaan alcohol tidak dilakukan karena akan menyebabkan penurunan dan peningkatan panas secara drastis.
Kolaborasi
Berikan antipiretik sesuai kebutuhan jika panas tidak turun.

Pemberian antipiretik juga diperlukan untuk menurunkan panas dengan segera.



2.     Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam.
A.     Kriteria Hasil:
ü  Suhu tubuh berada dalam batas normal (Suhu normal 36,5o-37o C)
ü  Nadi dan frekwensi napas dalam batas normal (Nadi neonatus normal 100-180 x/menit, frekwensi napas neonatus normal 30-60x/menit)
ü  Bayi mau menghabiskan ASI/PASI 25 ml/6 jam
B.    Intervensi dan Rasional
Intervensi
Rasional
Monitoring tanda-tanda vital setiap dua jam dan pantau warna kulit
Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan akan mempengaruhi proses regulasi ataupun metabolisme dalam tubuh.
Observasi adanya hipertermi, kejang dan dehidrasi.
Hipertermi sangat potensial untuk menyebabkan kejang yang akan semakin memperburuk kondisi pasien serta dapat menyebabkan pasien kehilangan banyak cairan secara evaporasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
Berikan kompres hangat jika terjadi hipertermi, dan pertimbangkan untuk langkah kolaborasi dengan memberikan antipiretik.
Kompres air hangat lebih cocok digunakan pada anak dibawah usia 1 tahun, untuk menjaga tubuh agar tidak terjadi hipotermi secara tiba-tiba. Hipertermi yang terlalu lama tidak baik untuk tubuh bayi oleh karena itu pemberian antipiretik diperlukan untuk segera menurunkan panas, misal dengan asetaminofen.
 Berikan ASI/PASI sesuai jadwal dengan jumlah pemberian yang telah ditentukan
Pemberian ASI/PASI sesuai jadwal diperlukan untuk mencegah bayi dari kondisi lapar dan haus yang berlebih.


  1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan volume bersirkulasi akibat dehidrasi
a. Kriteria Hasil
ü  Tercapai keseimbangan ai dalam suang interselular dan ekstraselular
ü  . Keadekuatan kontraksi otot untuk pergerakan
ü  Tingkat pengaliran darah melalui pembuluh kecil ekstermitas dan memelihara fungsi jaringan
b. Intervensi dan Rasional
Intervensi
Rasional
perawatan sirkulasi (misalnya periksa nadi perifer,edema, pengisian perifer, warna, dan suhu ekstremitas)
meningkatkan sirkulasi arteri dan vena
 pantau perbedaan ketajaman/tumpul dan panas/dingin
 mengetahui sensasi perifer, kemungkinan parestesia
.pantau status cairan
mengetahui keseimbangan antara asupan dan haluaran


aku

Sabtu, 05 Januari 2013

askep teori margarett A. newman

it's Absolutely:

Selasa, 01 Januari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN KONSEP MODEL TEORI "MARGARET A. NEWMAN"

Nama: Dea mayella putri sutikno
Nim: 201010420311214 (2010)
Kelas: Keperawatan VE UMM


Konsep model teori “Margaret A. newman”
Konsep Utama Newman “Consciouness”
1.     kesehatan: menyangkut penyakit dan non-penyakit, ekspilasi pola yang mendasari individu dan lingkungan. Sebagai suatu proses perkembangan kesadaran diri dan lingkungan bersama-samadengan peningkatan kemampuan untuk mempersepsikan alternative dan berespon dalam berbagai cara.
2.     Pola: apa yang mengidentifikasi individual sebagai seseorang yang khusus.
3.     Kesadaran: kapasitas informasional system: kemampuan sisitem berinteraksi dengan lingkungannya (waktu, pergerakan dan ruang)
1.        APLIKASKASUS
Ny.S adalah seorang janda yang berusia 50 thaun yang tinggal sendirian di sebuah pedesaan kecil yang berlingkungan kumuh sejak ditinggal suaminya meninggal dunia 5 tahun yang lalu. Ny. S masih memiliki 1 anak yang sudah berkeluarga yang tinggal di pedesaan sebelah.
Ny.S membutuhkan biaya pengobatan yang sangat mahal untuk mengobati penyakit ginjal nya, untuk cuci darah dan Ny.S mengalami stroke yang akibatnya pada kaki sebelah kirinya terjadi kecacatan fisik dan sulit untuk berjalan, Ny. A membutuhkan tongkat untuk dukungan keselamatannya.


Analisa kasus:
1.   Persepsi klien terhadap kesehatannya:
           Ny.S mengatakan membutuhkan biaya pengobatan yang sangat mahal untuk penyakit ginjalnya, cuci darah.
2.   Perasaan klien saat ini
a.      Ny.S mengatakan merasa sedih dengan biayapengobatannya yang sangat mahal.
b.     Ny.S berharap ingin dapat mengatasi masalah kesehatannya sendiri dan embutuhkan tongkat untuk membantunya berjalan.
3.   Hubungan Ny.S dengan lingkungan:
     Ny.S mengatakan sudah tidak bisa merawat dirinya sendiri lagi.


NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH KEPERAWATAN
1.
DS:
 ü  Ny.S mengatakan  ingin meningkatkan berperilaku sehat



DO:
 ü  Ny.S terlihat berperilaku   kurang adaptif terhadap lingkungan internal/eksternal
 ü  Adanya riwayat gejala dari proses penyakit yang tidak terobati, kronis.
Kurang ketrampilan komunikasi  
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)
Domain 1: promosi kesehatan
Kelas 2: manajemen kesehatan
Aksis:
    1.     Pemeliharaan kesehatan
    2.     Individu
    3.     Ineffective
    4.     Verbal
    5.     Lansia
    6.     Kronis
    7.     Actual

2.
DS :
 ü  Ny.S mengatakan tidak bisa mengurus dirinya sendiri lagi
 ü  Ny.S mengatakan butuh bantuan keluarganya
 ü  Ny.S mengatakan menjauhi kehidupan social


DO :
 ü  Ny.S Tampak sedih dengan kondisinya

Ketiadaan orang terdekat
Hambatan interaksi sosial (00052)
Domain 7: hubungan peran
Kelas 3: performa peran
Aksis :
     1.     Interaksi social
     2.     Individu
     3.     Impaired
     4.     Verbal
     5.     Lansia
     6.     Kronis
     7.     Aktual


3.
DS:
 ü  Ny.S berkata kurang bersosialisasi di lingkungannya.
 ü  Ny.S berkata jarang berbaur dengan lingkungannya

DO:
 ü  Berespon lambat terhadap pertanyaan
 ü  Ketidakmampuan mengikuti arahan sederhana
Demensia (mis. Stroke)
Sindrom gangguan interpretasi lingkungan (00127)
Domain 5: persepsi/kognisi
Kelas 2: orientasi
Aksis :
    1.     Interpretasi lingkungan
    2.     Individu
    3.     Disturbed
    4.     Neurovascular
    5.     Lansia
    6.     Kronis
     7.     Aktual


4.
DS:
 ü  Ny.S berkata tidak berdaya dalam komunitasnya
 ü  Ny.S berkata mempunyai penyakit yang berat

DO:
 ü  Stressor dipersepsikan secara berlebihan
Kurangnya sumber dukungan social dikomunitas 
Ketidakefektifan koping komunitas (00077)
Domain 9: koping/toleransi stress
Kelas 2: respon koping
Aksis:
    1.     Interpretasi lingkungan
    2.     Individu
    3.     Ineffective
    4.     Verbal
    5.     Lansia
    6.     Kronis
    7.     Actual
5.
DS :
 ü  Ny.S berkata ingin mengatasi penyakitnya
 ü  Ny.S berkata merasa kesulitan dengan biaya pengobatannya

DO :
 ü  Ny.S tampak gelisah dengan biaya obat-obatn yang mahal
 ü  Ny.S tampak sedih
Kesulitan ekonomi
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri (00078)
Domain 1 : promosi kesehatan
Kelas : manajemen kesehatan
Aksis:
    1.     Penatalaksanaan kesehatan diri
    2.     Individu
    3.     Ineffective
    4.     Verbal
    5.     Lansia
    6.     Kronis
    7.     Actual



1.     PRIORITAS DIAGNOSA

NO
KODE
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
(00127)
Gangguan interpretasi lingkungan berhubungan dengan demensia
2.
(00099)
Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurang keterampilan komunikasi
3.
(00052)
Hambatan interaksi social berhubungan dengan ketiadaan orang terdekat
4.
(00077)
Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan kurangnya dukungan social dikomunitas

5.
(00078)
Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri berhubungan dengan kesulitan ekonomi.


4.        NOC NIC
No
Diagnosa
NOC
NIC
Rasional Nic
1.
(00127)
Sindrom gangguan interpretasi lingkungan berhubungan dengan demensia

Definisi: kurangnya orientasi secara konsisten terhadap orang, tempat, waktu, atau lingkungan lebih dari 2-6 bulan, mengharuskan suatu lingkungan yang dapat melindungi.
Status neurologis: kesadaran: keadaan individu yang mampu bangkit, berorientasi, dan perhatian terhadap lingkungan.
Setelah dipantau 2x24 jam pasien menunjukkan status neurologis: kesadaran dengan indicator:
1.     Perhatian terhadap stimulus lingkungan (5)
2.     Berbicara secara koheren(5)
3.     Mengidentifikasi orang yang berarti, tempat, dan hari (5)
4.     Senang dan tidak terlalu frustasi dengan stressor lingkungan (4)
Penatalaksanaan demensia: penentuan lingkungan yang dimodifikasi untuk pasien yang mengalami keadaan konfusi kronis.
1.     Identifikasi kebutuhan keamanan pasien berdasarkan pada kondisi fisik dan fungsi kognitif dan riwayat perilaku terdahulu.
2.     Ajarkan keluarga/orang yang berarti tentang cara-cara lain untuk menghilangkan bahaya keamanan yang ada dirumah.
3.     Berikan stimulasi lingkungan yang rendah.






1.        Melakukan identifikasi tentang kebutuhan keamanan klien.




2.     Klien mengetahui cara-cara menghilangkan bahaya




3.     Klien terstimulasi
2.
(00099)
Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurang keterampilan komunikasi
Definisi: ketidakmampuan untuk mengidentifikasi, mengelola, dan/ atau mencari bantuan untuk
Dukungan social: persepsi keberadaan dan bantuan yang konsisten dari orang lain.
Setelah dipantau 2x24 jam klien menunjukkan dukungan social dengan indicator:
1.     Menunjukkan kesadaran bahwa berperilaku sehat membutuhkan usaha-usaha dan keyakinan mampu mengatasinya (5)
2.     Menyatakan dan menunjukkan pengetahuan terhadap tindakan perlindungan kesehatan(misalnya, melakukan latihan sendiri, berpartisipasi dalam penapihan kesehatan (5)
3.     Mencari informasi (4)
Pedoman sisitem kesehatan: memfasilitasi lokasi pasien dan penggunaan layanan kesehatan yang sesuai.
1.     Identifikasi defisit kepercayaan dan pengetahuan yang memengaruhi pemeliharaan kesehatan
2.     Jelaskan tentang system perawatan kesehatan, bagaimana cara kerjanya, dan apa yang dapat diharapkan pasien/keluarga.
3.     Informasikan kepada pasien tentang ketersediaan sumber komunitas dan orang yang dapat dihubungi.
4.     Dukung pasien/keluarga untuk bertanya tentang pelayanan dan biayanya.






1.   Mengidentifikasi kepercayaan dan pengetahuan pasien yang dapat mempengaruhi pemeliharaan kesehatannya.
2.   Menjelaskan kepada klien tentang system perawatan kesehatan, bagaimana cara kerjanya, dan apa yang dapat diharapkan pasien/keluarga.
3.   Menjelaskan informasi kepada klien tentang ketersediaan sumber komunitas dan orang yang dapat dihubungi.
4.   Memberi dukungan kepada pasien/keluarga agar bertanya tentang pelayanan dan biayanya.


3.
(00052)
Hambatan interaksi social berhubungan dengan ketiadaan orang terdekat
Definisi: keadaan seorang individu, berpartisipasi dalam perubahan social yang kuantitasnya berlebihan, kekurangan, atau kualitasnya tidak efektif.
Keterampilan interaksi social: penggunaan perilaku interaksi social yang efektif.
Setelah diapantau selama 2x24 jam klien menunjukkan interaksi social dengan indicator:
1.     Klien memahami efek perilaku diri terhadap interaksi social (4)
2.     Mengungkapkan keinginan untuk berhubungan dengan orang lain (5)
3.     Menunjukkan perilaku yang dapat meningkatkan/memperbaiki interaksi social (4)
Peningkatan sosialisasi: fasilitasi kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain.
1.     Kaji pola interaksi
2.     Berikan informasi tentang sumber-sumber dikomunitas yang akan membantu pasien untuk melanjutkan dengan meningkatkan interaksi social setelah pemulangan.
3.     Rujuk pasien ke kelompok analisis transaksional atau program yang dapat meningkatkan pemahaman transaksi, jika diperlukan.
4.     Anjurkan pasien bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain.





1.     Pola interaksi terkaji
2.     Klien mengetahui sumber-sumber dikomunitas yang bisa membantu pasien untuk meningkatkan interaksi social.
3.     Klien sudah terujuk ke kelompok analisis transaksional.
4.     Klien dapt bersikap jujur dalam berinteraksi dengan orang lain.
4.
(00077)
Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan kurangnya sumber dukungan social dikomunitas


-
Pengelolaan lingkungan: komunitas: memantau dan mempengaruhi kondisi fisik, social, cultural, ekonomi, serta politik yang berpengaruh pada kesehatan kelompok dan komunitas.
1.     Lakukan penapisan factor resiko yang berpengaruh pada kesehatan dan lingkungan.
2.     Sampaikan program pendidikan untuk kelompok target yang berisiko
3.     Berkolaborasi dalam program tindakan pengembangan masyarakat









1.     Mengetahui factor apa saja yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan lingkungan klien
2.     mengajarkan program pendidikan untuk kelompok target yang berisiko
3.     mengajarkan pasien untuk berkolaborasi dengan masyarakat.




55. IMPLEMENTASI
NO DX
TANGGAL/JAM
TINDAKAN
PARAF
1.
      30 desember ‘12
       08.00
       09.00

      11.00
  
      11.30

     Melakukan pengkajian
     Mengidentifikasi kebutuhan keamanan klien
     
     Memberi edukasi kepada keluarga klien tentang cara-cara menghilangkan bahaya
     
    Memberikan stimulasi rendah pada klien






Ns.Dea
2.
     31 desember ‘12
    08.00
    09.00



    10.00

       Melakukan pengkajian
     Memberi edukasi tentang system perawatan kesehatan, bagaimana cara kerjanya, dan apa yang dapat diharapkan pasien/keluarga.
      Memberikan informasi kepada klien ketersediaan sumber komunitas dan orang yang dapat dihubungi.







Ns.Dea
3.
       1 januari ‘13
     08.00
     09.00



      10.00  

      Melakukan pengkajian pola interaksi
      Memberikan informasi kepada klien tentang sumber komunitas yang dapat meningkatkan interaksi klien dengan lingkungan.
      Merujuk klien ke kelompok analisis transaksional






Ns.Dea
4.
     2 januari ‘13
     08.00
     09.00


     10.00   

     11.00

     Mengkaji
     melakukan penapisan factor resiko yang berpengaruh pada kesehatan dan lingkungan
     menyampaikan program pendidikan untuk kelompok target yang
      Berkolaborasi dalam program tindakan pengembangan masyarakat




Ns.Dea




 6. EVALUASI
NO DX
TANGGAL/JAM
CATATAN PERKEMBANGAN
PARAF
1.
02 januari 2013
12.00
S: Ny.S berkata kurang bersosialisasi di  lingkungannya (5)
O: Berespon lambat terhadap pertanyaan (4)
A: Gangguan interpretasi lingkungan berhubungan dengan demensia (hasil teratasi sebagian)
P: Intervensi dilanjutkan





Ns.Dea
2.
02 januari 2013
12.00
S: Ny.S mengatakan  ingin meningkatkan berperilaku sehat. (5)
O: Ny.Sterlihat berperilaku kurang adaptif terhadap lingkungan (5)
A: Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurang keterampilan komunikasi (hasil teratasi)
P: Intervensi dihentikan






Ns.Dea
3.
02 januari 2013
12.00
S: Ny.S mengatakan tidak bisa mengurus dirinya sendiri lagi (4)
O: Ny.S Tampak sedih dengan kondisinya (5)
A: Hambatan interaksi social berhubungan dengan ketiadaan orang terdekat (hasil teratasi sebagian)
P: Intervensi dilanjutkan






Ns.Dea
4.
02 januari 2013
12.00
S: Ny.S berkata tidak berdaya dalam komunitasnya (4)
O: Stressor dipersepsikan secara berlebihan (3)
A: Ketidakefektifan koping komunitas berhubungan dengan kurangnya dukungan social dikomunitas (masalah belum teratasi)
P: Intervensi dilanjutkan




Ns.Dea